Sabtu, 22 November 2014

Green City

KONSEP GREEN CITY

Green City merupakan salah satu konsep pendekatan perencanaan kota yang berkelanjutan. Green City juga dikenal sebagai Kota Ekologis atau kota yang sehat. Artinya adanya keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Dengan kota yang sehat dapat mewujudkan suatu kondisi kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait (stakeholders).

Konsep Green City ini sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang disampaikan Hill, Ebenezer Howard, Pattrick Geddes, Alexander, Lewis Mumford, danIan McHarg. Implikasi dari pendekatan-pendekatan yang disampaikan diatas adalah menghindari pembangunan kawasan yang tidak terbangun. Hal ini menekankan pada kebutuhan terhadap rencana pengembangan kota dan kota-kota baru yang memperhatikan kondisi ekologis lokal dan meminimalkan dampak merugikan dari pengembangan kota, selanjutnya juga memastikan pengembangan kota yang dengan sendirinya menciptakan aset alami lokal.

Kota dapat dimasukkan sebagai Green City, antara lain memiliki kriteria sebagai berikut:

1.      Pembangunan kota harus sesuai peraturan undang-undang yang berlaku, seperti Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Penanggulangan Bencana (Kota hijau harus menjadi kota waspada bencana), Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan Undang Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan peraturan lainnya.
2.      Konsep Zero Waste (pengolahan sampah terpadu, tidak ada yang terbuang).
3.      Konsep Zero Run-off (semua air harus bisa diresapkan kembali ke dalam tanah, konsep ekodrainase).
4.      Infrastruktur Hijau (tersedia jalur pejalan kaki dan jalur sepeda).
5.      Transportasi Hijau (penggunaan transportasi massal, ramah lingkungan berbahan bakar terbarukan, mendorong penggunaan transportasi bukan kendaraan bermotor - berjalan kaki, bersepeda, delman/dokar/andong, becak.
6.      Ruang Terbuka Hijau seluas 30% dari luas kota (RTH Publik 20%, RTH Privat 10%)
7.      Bangunan Hijau
8.      Partisispasi Masyarakat (Komunitas Hijau).

Dalam Undang–undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa pelaksanaan penataan ruang merupakan upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan Perencanaan Ruang, Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang adalah mewujudkan pelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan alami dengan lingkungan buatan, serta menjaga keseimbangan ekosistem guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan untuk kesejahterahan masyarakat.

Kebijaksanaan tersebut dioperasionalkan melalui :

1.      Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
2.      Meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar bagian wilayah serta keserasian antar sektor melalui pemanfaatan ruang secara serasi, selaras dan seimbang serta berkelanjutan.
3.      Meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta mencegah timbulnya kerusakan fungsi dan tatanan lingkungan hidup.



Berdasarkan pengertian pemanfaatan ruang menurut undang-undang tersebut pada prinsifnya dalam proses pemanfaatan ruang khususnya di wilayah perkotaan secara menyeluruh dan terpadu, dapat diwujudkan melalui pendekatan Green City. Dengan konsep Green City krisis perkotaan dapat kita hindari, sebagaimana yang terjadi di kota-kota besar dan metropolitan yang telah mengalami obesitas perkotaan, apabila kita mampu menangani perkembangan kota-kota kecil dan menengah secara baik, antara lain dengan penyediaan ruang terbuka hijau, pengembangan jalur sepeda dan pedestrian, pengembangan kota kompak, dan pengendalian penjalaran kawasan pinggiran.

Terdapat beberapa pendekatan Green City yang dapat diterapkan dalam manajemen pengembangan kota.

A. SMART GREEN CITY PLANNING,

Pendekatan ini terdiri atas 5 konsep utama yaitu:

1.      Konsep kawasan berkeseimbangan ekologis yang bisa dilakukan dengan upaya penyeimbangan air, CO2, dan energi.
2.      Konsep desa ekologis yang terdiri atas penentuan letak kawasan, arsitektur, dan transportasi dengan contoh penerapan antara lain: kesesuaian dengan topografi, koridor angin, sirkulasi air untuk mengontrol klimat mikro, efisiensi bahan bakar, serta transportasi umum.
3.      Konsep kawasan perumahan berkoridor angin (wind corridor housing complex), dengan strategi pengurangan dampak pemanasan. Caranya, dengan pembangunan ruang terbuka hijau, pengontrolan sirkulasi udara, serta menciptakan kota hijau.
4.      Konsep kawasan pensirkulasian air (water circulating complex). Strategi yang dilakukan adalah daur ulang air hujan untuk menjadi air baku.
5.      Konsep taman tadah hujan (rain garden).

B. PENDEKATAN KONSEP CPULS (CONTINOUS PRODUCTIVE URBAN LANDSCAPE)

Konsep penghijauan kota ini merupakan pengembangan landscape yang menerus dalam hubungan urban dan rural serta merupakan landscape productive.

C. PENDEKATAN INTEGRATED TROPICAL CITY

Konsep ini cocok untuk kota yang memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Konsep intinya adalah memiliki perhatian khusus pada aspek iklim, seperti perlindungan terhadap cuaca, penghutanan kota dengan memperbanyak vegetasi untuk mengurangi Urban Heat Island.

Bukan hal yang tidak mungkin apabila Indonesia menerapkannya seperti kota-kota berkonsep khusus lainnya (Abu Dhabi dengan Urban Utopia nya atau Tianjin dengan Eco-city nya), mengingat Indonesia yang beriklim tropis.

Namun disamping kelebihannya, konsep ini memiliki kelemahan juga. Penerapannya pada masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiap-tiap daerah memerlukan kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makro, dan sebagainya. Misalnya, daerah pegunungan RTH difungsikan untuk menahan longsor dan erosi, di pantai untuk menghindari gelombang pasang, tsunami, di kota besar untuk menekan polusi udara, serta di perumahan, difungsikan meredam kebisingan. Jadi RTH di masing-masing kota memiliki fungsi ekologis yang berbeda. Disamping itu, penerapannya saat ini kebanyakan pelaksanaan penghijauannya tidak terkonseptual, sehingga menimbulkan citra penghijauan asal jadi tanpa melihat siapa yang dapat mengambil manfaat positif dari penghijauan.

Contoh Green City

Tianjin Eco-City – Tianjin, China
Pada 2007, tidak lama setelah mengumumkan proyek Dongtan, pemerintah China membuat rencana kota hijau baru (eco-city) hasil kerjasama pemerintah China dan Singapura.
Kota bernama Tianjin Eco-City ini terletak sekitar 40 km dari pusat kota Tianjin, sekitar 150 km di sebelah tenggara Beijing. Kota ini bisa dicapai dalam waktu kurang dari 10 menit dari Tianjin Economic-Technological Development Area (TEDA). Proyek Tianjin Eco-City terus berlangsung dan diharapkan mulai dihuni pada tahun ini.
Kota Masdar – Masdar, Abu Dhabi

Kota hijau Masdar ini adalah kota hijau yang paling terkenal dan paling mendapat banyak kritikan hingga saat ini. Kota seluas 3,5 km persegi yang terletak di sebuah gurun 30 km dari Abu Dhabi ini dirancang untuk menampung 47.000 penduduk dan 1.500 perusahaan. Nilai investasinya mencapai $22 miliar dan ditargetkan selesai pada 2016.

Menurut pemerintah Abu Dhabi, kota ini akan menjadi kota bebas karbon, bebas limbah dan bebas mobil, dengan sumber energi yang berasal dari energi yang terbarukan. Masdar juga menjadi markas dari International Renewable Energy Agency, yang memiliki mandat menyebarkan dan mengembangkan pemanfaatan energi terbarukan.

Tahun lalu (2010) saat para pelaksana proyek Masdar merevisi target awal mereka. Penyelesaian proyek ini mundur dari 2016 ke 2020.
  
Kota ini juga masih akan membutuhkan banyak pasokan energi dari luar dan kapsul transportasi elektrik (yang menjadi bagian dari sistem transportasi personal di Masdar) tidak akan tersedia di seluruh kota.

CEO ADFEC Sultan al-Jaber mengumumkan bahwa proyek Kota Masdar tidak akan dihentikan namun menurut pengamat akan ada perubahan dari rencana awalnya.


Sumber



Green Architecture


Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
arsitektur Hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertianPembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentukarsitektur yang berkelanjutan.
Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita.

PRINSIP-PRINSIP GREEN ARCHITECTURE :

1.     Hemat energi / Conserving energy :
Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).

2.     Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate :
Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.

3.     Minimizing new resources :
mendesain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang / Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.

4.     Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect for site :
Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).

5.     Merespon  keadaan tapak dari bangunan / Respect for user :
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.

6.     Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan / Holism :
Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.

Contoh Bangunan Green Architecture

The Modern Design of High Rise Building with Garden di Cina

MAD Architects telah merancang model bangunan yang akan berlokasi di Chonquing, Cina. Bangunan tinggi ini bukan desain bangunan kaku biasa. Ini adalah ide inovatif dalam desain bangunan. Bangunan futuristik dihubungkan oleh sebuah struktur silinder inti, setiap lantai telah ditempatkan sedikit dari pusat, memberikan tampilan gedung ini unik.
Konsep dari susunan lantai menciptakan persepsi bahwa setiap lantai mengambang di atas yang lain. Di sini, di gedung ini, sifat dan kota metropolis perkotaan pencampuran menjadi hutan kota. Taman balkon adalah ide besar desain bangunan ramah lingkungan.


Vertical Farm for Futuristic London Bridge Proposal by Chetwood

Arsitek Chetwood telah memenangkan kompetisi arsitektur untuk merancang hunian baru London Bridge. Laurie Chetwood telah merancang pertanian vertikal dan pasar umum pada desain nya versi hunian baru dari London Bridge. Konsep ini dibuat di Jembatan London sebagai tempat pertemuan pusat dan tempat untuk berkumpul, dan juga tempat perdagangan. Jembatan yang melintasi Sungai Thames yang berpusat pada 2 elemen utama - sebuah pertanian vertikal dan pusat komersial untuk pasar makanan segar, kafe, restoran, dan akomodasi perumahan. Sebuah dermaga dihubungkan dengan jembatan memungkinkan barang yang harus dikirim dan membeli pada tingkat air dan bahkan lebih menghasilkan yang akan ditanam melalui hidroponik. Dua pasar menghasilkan akan ditempatkan pada kedua sisi jembatan, satu pasar grosir dan pasar yang lain organik publik.
Energi terbarukan juga akan diberikan dalam desain jembatan baru. Sebuah ide cemerlang efisiensi penggunaan air dan pemanas efisien dan teknologi pendinginan telah diluncurkan oleh pemenang. Pertanian vertikal akan melayani menara pendingin, menggambar udara dingin di tingkat jembatan dan, sementara udara panas terdorong keluar melalui bagian atas. Ventilasi alami ini juga kekuatan turbin axiswind vertikal ditempatkan di puncak menara. Pemanasan surya untuk air panas terjadi dalam gulungan konveksi, sementara EFTE atas inti dari pertanian menyediakan kulit PV ringan surya untuk pembangkit listrik. Setiap kelebihan panas tidak diperlukan untuk pertanian akan diberikan kepada pengecer. Koleksi Air hujan akan pergi untuk mendukung toilet dan pertanian hidroponik, dan abu-abu-air akan diperlakukan dan didaur ulang.


Sabtu, 18 Oktober 2014

Issue Arsitektur

Bentuk Aplikasi Ekologi Arsitektur dalam Bangunan
Rancangan arsitektur merupakan media yang memberi dampak secara langsung terhadap penggunaan lahan.
Konsep desain yang dapat meminimalkan penggunaan energi listrik , misalnya dapat digolongkan sebagai konsep
sustainabel dalam energi, yang dapat diintegrasikan dengan konsep penggunan sumber cahaya matahari secara maksimal
untuk penerangan, penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestik dan sebagainya.
Sebagai konsep arsitektural yang ramah lingkungan, dalam perwujudan eko-arsitektur dalam bangunan, terbagi
beberapa tingkat sistim operasional untuk yang digunakan dalam penggunaan energi bangunan dengan kategori sebagai
berikut :
· Sistim Pasif (passive mode)
Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa ataupun minimal penggunaan peralatan ME (mekanikal elektrikal) dari
sumber daya yang tidak dapat diperbarui (non renewable resources)

· Sistim Hybrid (mixed mode)
Sebagian tergantung dari energi (energy dependent) atau sebagian dibantu dengan penggunaan ME.
· Sistim Aktif (active mode)
Seluruhnya menggunakan peralatan ME yang bersumber dari energi yang tidak dapat diperbarui (energy dependent).
· Sistim Produktif (productive mode)
Sistim yang dapat mengadakan/ membangkitkan energi nya sendiri (on-site energy) dari sumber daya yang dapat
diperbarui (renewable resources) misalnya pada sistim sel surya (fotovoltaik) maupun kolektor surya (termosiphoning).
Berikut adalah beberapa sistem dan elemen terapan yang dapat diaplikasikan dalam bangunan untuk
mendukung konsep ekologi arsitektur :
Optimalisasi Vegetasi
Unsur hijau yang diidentikkan dengan vegetasi ditunjukkan dengan menambahkan elemen-elemen penghijauan tidak
hanya pada lansekap saja tetapi juga dalam bangunan, seperti pemberian roof garden, pemberian vegetasi rambat pada dinding bangunan dan lain sebagainya.

 
Sistem Pencahayaan Alami
Secara umum perletakan jendela harus memperhatikan garis edar matahari, sisi utara dan selatan adalah tempat potensial
untuk perletakan jendela (bukaan), guna mendapatkan cahaya alami. Sedangkan posisi timur dan barat pada jam-jam
tertentu diperlukan perlindungan terhadap radiasi matahari langsung. Untuk keperluan tersebut sudah banyak program
komputer yang dapat membantu simulasi efek cahaya matahari terhadap disain selubung bangunan.
Konsep disain fasade untuk tujuan efisiensi energi tergantung dengan posisi geografis dan iklim setempat.
Permasalahannya banyak bangunan di Indonesia yang meniru bangunan yang ada di Eropa tanpa disesuaikan dengan
kondisi geografis dan iklim di Indonesia, misal : jendela yang tanpa dilengkapi tabir matahari (sun screen).


Fasade Kaca Pintar
Fasade kaca pintar merupakan suatu konsep teknologi mutakhir dinding tirai kaca yang mempertemukan kepentingan
ekologi maupun ekonomi bagi bangunan perkantoran bertingkat tinggi yang dikondisikan sepenuhnya (fully airconditioned).
Ia mampu mengurangi pantulan panas matahari dari bangunan bangunan kaca tinggi yang menyebabkan
meningkatnya temperatur lingkungan diperkotaan (heat-island effect) maupun efek rumah kaca pada atmosfer bumi
(green house effect).
Fasade kaca pintar pada umumnya adalah konstruksi dinding kaca ganda (double-skin construction) dengan
rongga udara antara 35cm- 50cm antara kaca luar dan kaca dalam. Dinding kaca luar ketebalan 12mm dari jenis kaca
dengan transmisi tinggi (umumnya kaca bening), sedangkan kaca dalam ketebalan 6-8mm dari jenis high performance
glass. Terdapat rongga udara menerus sehingga merupakan cerobong kaca (glass-shaft) dengan ketinggian meliputi
beberapa lantai sesuai dengan studi analisis yang dilakukan.






Penghalang Sinar Matahari (shading device)
Pengontrolan terhadap panas karena sinar matahari dapat dilakukan dengan pengunaan solar shading yang akan
menghalau sinar matahari langsung masuk ke bangunan serta memberikan pembayangan yang dapat mengurangi panas.
Different shading strategies. The text below describes the image.   
Kesimpulan

Hampir setiap negara memiliki standar gedung hijau sendiri seperti di Singapura, Australia, Malaysia, dan
Amerika Serikat. Salah satu standar yang banyak digunakan adalah sistem LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) yang berasal dari AS. LEED merupakan sistem penilaian gedung hijau yang dirumuskan oleh
US Green Buildidiadopsi oleh sekitar 30 negara lain, beberapa di antaranya adalah India, China, Arab Saudi, dan Vietnam. Masalahnya, hingga kini, menurut Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), belum ada standardisasi bangunan ramah lingkungan yang sesuai dengan kondisi alam Indonesia, guna menjadi acuan dalam rancangan konstruksi bangunan.





Daftar Pustaka
Frick, Heinz (1998), Dasar dasar Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Frick, Heinz (2006), Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius Yogyakarta
Satwiko Prasasto (2005); Arsitektur Sadar Energi, Penerbit Andi, Yogyakarta
Smith, Peter F. (2005) Architecture in a Climate of Change, McGraw Hill Book Company, New York.
Vale, Brenda and Robert Vale, (1991), Green Architectur, Design for a Sustainable Future, Thames and Hudson,
London
http://gbtech.emsd.gov.hk/english/minimize/green_solar.html

Senin, 07 Juli 2014

IBD : Storytelling

ILMU BUDAYA DASAR

“STORY TELLING JAKA TARUB”


*                Judul : Jaka Tarub
*                Asal daerah  : Jawa Timur
*                Sejarah Legenda Jaka Tarub :
Legenda Jaka Tarub adalah salah satu cerita rakyat yang diabadikan dalam naskah populer Sastra Jawa Baru, Babad Tanah Jawi.
Kisah ini berputar pada kehidupan tokoh utama yang bernama Jaka Tarub (“Pemuda dari Tarub”). Setelah dewasa ia digelari Ki Ageng Tarub. Ki Ageng Tarub adalah tokoh yang dianggap sebagai leluhur dinasti mataram, dinasti yang menguasai politik tanah Jawa – sebagian atau seluruhnya – sejak abad ke-17 hingga sekarang.
*                Filosofi dan makna :
Kisah Jaka Tarub memiliki makna bahwa





DONGENG JAKA TARUB



  
P
ada jaman dahulu kala, di Desa Tarub, tinggallah seorang janda bernama Nyi Randa Tarub. Sejak tinggal seorang diri, Nyi Randa Tarub mengangkat seorang anak laki-laki yang dipelihara dan dikasihinya. Anak ini berparas cakap dan sangat berbudi. Tugasnya membantu pekerjaan Nyi Randa Tarub sehari-hari. Nyi Randa Tarub memanggilnya Jaka Tarub.
Orang – orang di Desa Tarub mengenal Jaka Tarub sebagai pemuda yang dingin tangannya. Benih apapun yang ditanamnya, selalu memberikan hasil berlipat ganda. Tak jarang para pengolah ladang dan huma yang punya masalah dengan tanahnya, datang meminta pertolongan padanya.
“Padiku terserang hama, Jaka Tarub” kata mereka. Atau, “Buah Palawijaku kecil-kecil hasilnya.” “Tanahku telah kupupuk dan kupelihara. Mengapa hasilnya tidak memuaskan juga?”
“Baiklah paman-paman, aku akan segera membantu kalian setelah menyelesaikan pekerjaanku ini ya.” ujar Jaka Tarub.
Dengan akal dan upaya, Jaka Tarub membantu memecahkan masalah mereka. Bantuan selalu diberikannya dengan cuma-cuma. Tak pernah Jaka Tarub mau menerima upah dari mereka.

N
yi Randa Tarub telah berusia lanjut. Tak lama lagi maut mungkin akan datang menjemput. Ia semakin mengkhawatirkan Jaka Tarub yang belum memiliki pendamping hidup.
“Nak, apa kamu tidak lelah setiap hari selalu bekerja? Sesekali bersosialisasilah dengan teman-teman sebayamu. Siapa tahu kau menemukan jodohmu nak.” Kata Nyi Randa Tarub.
“Haha Nyi ini bicara apa, aku bekerja setiap hari demi membahagiakanmu Nyi, aku tidak pernah merasa lelah.”
“Aku tidak tertarik pada gadis di kampung ini Nyi, suatu saat aku pasti akan menemukan jodohku sendiri.” Ujar Jaka Tarub.

T
anpa terduga-duga, hal yang dikuatirkan terjadi juga. Karena lanjut usia, pada suatu hari Nyi Randa Tarub berpulang dengan tenang ke alam baka. Saat itu Jaka Tarub tidak ada di tempat. Dia tengah mengumpulkan kayu bakar di tengah hutan yang lebat. Berita sampai ke telinganya, namun sudah terlambat.
Nyi Randa Tarub sudah tidak ada. Jaka Tarub merasa hasil kerjanya percuma saja. Nyi Randa Tarub kini tidak lagi membutuhkan tenaganya. Usahanya mengolah ladang dan huma sia-sia belaka.
“Nyi Randa Tarub, kini kau telah pergi meninggalkanku seorang diri, aku merasa sudah tidak berguna lagi, jikalau aku pergi bekerja, untuk siapa aku bekerja?” ujar Jaka Tarub dengan penuh penyesalan.

J
aka Tarub kini lebih senang menyendiri. Orang desa kerap menjumpai dia tengah termenung. Sifatnya yang ramah berubah jadi pemurung.
Kehidupan Jaka Tarub kini semakin serba tidak teratur, rasa lelah kerap menghampirinya dan membuatnya mengantuk hingga jatuh tertidur. Jaka Tarub bermimpi tengah memakan daging kijang muda yang sangat lezat. Saat ia terbangun, gairahnya muncul untuk segera memburu kijang muda sungguhan.
Namun alangkah sial dirinya, hari itu Jaka Tarub berkeliling di dalam hutan memburu kijang muda tapi nihil tiada hasil. Jaka Tarub mulai putus asa. Ia terduduk melamun meratapi nasibnya. Tapi alangkah terkejutnya Jaka Tarub melihat keindahan alam yang baru saja terjadi, alam yang baru saja diliputi hujan kini berubah menjadi cerah dan berwarna indah.
Tiba-tiba langit yang cerah mengeluarkan tujuh warna yang menakjubkan, dari merah terang hingga ungu muda. Namun ada yang janggal, dari ke-tujuh warna yang muncul dilangit ternyata turunlah tujuh sosok gadis berparas anggun nan cantik sesuai dengan ke-tujuh warna tadi.
Jaka Tarub merasa takjub, terlebih dengan pesona gadis bergaun ungu muda yang terlihat anggun nan menawan yang telah berhasil memikat hati Jaka Tarub. Gadis tersebut yang paling muda diantara warna lainnya, dan para kakaknya memanggilnnya Nawang Wulan.

T
ujuh bidadari mendarat dengan sempurna di sebuah telaga di dalam hutan. Kesejukan dan kesegaran air di telaga memikat para bidadari untuk turun dari khayangan. Mereka berniat untuk bermain air bersama dan membersihkan badan.
Jaka Tarub tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan berharga itu. Ia lantas segera mengambil sebuah selendang berwarna ungu muda milik Nawang Wulan dan menyembunyikannya.
Tujuh bidadari kembali bersiap untuk pulang ke khayangan. Namun berbeda dengan Nawang Wulan. Ia tampak kebingungan mencari sehelai selendang kesayangan.
Tanpa menunggu lama, keenam bidadari pergi terlebih dahulu,meninggalkan sang adik yang paling bungsu.
Nawang Wulan terlihat sedih, ia tak tahu harus berbuat apa di bumi ini. Karena ia bukan seorang manusia, ia adalah sesosok bidadari! Ditengah kesedihannya itu, muncul sesosok pemuda tampan yang kemudian menghampirinya.
“Wahai, siapakah gerangan Adinda ini?”
“Mengapa Adinda menangis sendiri di tengah hutan?” ujar Jaka Tarub.
“Aku adalah bidadari, aku ditinggal oleh keenam saudariku karena aku kehilangan selendang milikku. Aku tidak bisa pulang ke khayangan tanpa selendangku.” Jawab Nawang Wulan.
“Baiklah, bagaimana jika kau ikut bersama pulang ke gubuk milikku, kau akan aman disana.” Ajak Jaka Tarub.
Tanpa berpikir dua kali, Nawang Wulan ikut bersama Jaka Tarub dan tinggal di gubuk miliknya bersama-sama.

S
emakin hari Jaka Tarub merasa semakin jatuh hati pada Nawang Wulan. Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk menjadi pasangan suami-istri dengan sebuah persyaratan dari Nawang Wulan yang kemudian disetujui oleh Jaka Tarub.
“Aku mau menjadi istrimu asalkan kau menyetujui syaratku, yaitu aku minta kau memaklumi cara hidupku sebagai seorang bidadari. Aku punya cara tersendiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Kanda harus berjanji untuk tidak memasalahkan caraku ini.” Ujar Nawang Wulan.
Jaka Tarub hanya mengangguk sebagai pertanda bahwa ia setuju. Dan Nawang Wulan melanjutkan pembicaraan dengan pembagian tugas antara suami-istri.
“Kanda bertanggung jawab atas pekerjaan di ladang dan huma. Tanggung jawabku adalah dapur dan rumah. Aku tidak akan mempermasalahkan bagaimana cara kanda mengolah tanah, maka Kanda pun jangan mempermasalahkan bagaimana aku mengolah dapur dan rumah. Bila perjanjian ini disepakati, aku baru bersedia untuk diperistri.”
“Baiklah Nawang Wulan, aku bersedia memenuhi persyaratanmu itu” jawab Jaka Tarub dengan mantap.

K
ehidupan suami-istri mereka jalani dengan saling mengasihi. Seakan-akan tak ada pasangan lain yang lebih serasi di muka bumi. Sang suami rajin dan rendah hati, sedangkan sang istri setia dan baik budi. Yang satu gagah dan tampan, yang satu cantik nan rupawan. Tak seorang pun yang mengira bahwa suami-istri ini berasal dari dua dunia yang berbeda!
       Kebahagiaan Jaka Tarub pun berlipat ganda dikala ia dikarunia seorang anak perempuan yang diberi nama Nawangsih. Nawang Wulan berhasil melahirkan seorang anak tanpa bantuan siapa pun. Ia bahkan tidak terlihat lelah ataupun letih, justru ia langsung kembali seperti sedia kala. Mengerjakan tugas-tugas rumah dengan sepenuh hati.
       Jaka Tarub heran dan semakin bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang terjadi pada sang istri. Ingin rasanya hati untuk menyelidiki. Namun apadaya, Jaka Tarub teringat kembali pada sebuah janji.
       Rasa penasaran pun semakin bergejolak ketika Jaka Tarub mendengar perkataan para tetangga. Mereka berkata bahwa Nawang Wulan adalah siluman. Yang suatu hari mungkin bisa membuat anaknya tidak aman. Puncak rasa penasaran itu pun terjadi ketika Jaka Tarub membuka lumbung, hendak menyimpan hasil panen yang melimpah. Jaka Tarub terkejut. Sepasang alisnya mengerut. Lumbung padinya ternyata masih penuh! Padinya masih utuh! Wahai, bagaimanakah ini bisa terjadi? Sedangkan setiap hari Nawang Wulan memasakkannya nasi! Mengapa persediaan pandi di lumbung tidak berkurang sama sekali?

J
aka Tarub tidak lagi dapat menahan hati. Terlalu banyak peristiwa yang ia tidak mengerti. Tingkah laku istrinya kini mulai diselidiki. Tanpa disadari, Jaka Tarub telah melupakan janji!
Pada suatu hari, ketika Nawang Wulan sedang pergi, Jaka Tarub menyelinap ke dalam dapur. Periuk nasi di atas api sedang berkepul.
       “Nawang Wulan sepertinya sedang tidak di rumah, ini kesempatan baik untukku.” Ujar Jaka Tarub.
“Apa ini? Mengapa di dalam periuk nasi hanya ada sebulir padi?” “Bagaimana caranya ini dapat menjadi sebuah nasi?”
       Jaka Tarub segera menyadari. Istrinya yang rupawan memanglah sesosok bidadari. Yang hanya membutuhkan sebulir padi untuk memasaknya menjadi nasi. Kini dia mulai menyesali. Dirinya telah melanggar sebuah janji.

S
aat Nawang Wulan tiba di rumah, ia terkejut sekali melihat isi periuk nasi yang seharusnya sudah terisi penuh oleh nasi namun masih berwujud sebulir padi. Ia tahu ada sesuatu hal yang telah terjadi. Sang suami pasti telah ingkar janji. Dan kini padi hanyalah sebulir padi. Tak bisa dengan cepat berubah menjadi buliran nasi.
       Semenjak hari itu Nawang Wulan mulai menjalani hari-harinya dengan penuh kerja keras. Tidak ada lagi waktu luang untuk bersantai, karena semua pekerjaan rumah dilakukannya dengan cara manusia. Ia tidak bisa mempergunakan kekuatan bidadarinya lagi. Semua akibat kecerobohan sang suami.
       Jaka Tarub merasa sangat bersalah, setiap hari Nawang Wulan terlihat begitu lelah. Raut wajahnya tak lagi terpancar indah. Kehidupan Nawang Wulan yang dulu serba mudah, jauhlah berubah menjadi serba susah.

       Suatu hari Nawang Wulan merasa kelelahan setelah lama menjalani rutinitas beratnya di rumah, sebagai istri dan juga sebagai ibu. Ia beristirahat sejenak di lumbung padi yang kini terlihat lebih luas karena padi-padinya dipergunakan secara wajar untuk makanan sehari-hari. Saat hendak beristirahat, sesuatu yang tak terduga pun terjadi. Nawang Wulan menemukan sesuatu yang sangat berharga miliknya sejak dulu.
“Aku rasa hari ini memang sangat melelahkan, aku sudah tidak kuat lagi dengan semua ini. Aku merasa ajalku sebentar lagi akan tiba. Lebih baik aku beristirahat sejenak di lumbung padi ini.”
“Ya ampun, apa ini?! Inikah selendang milikku yang telah lama hilang itu? Mengapa bisa ada di sini? Apakah mungkin Jaka Tarub menyembunyikannya?”
       Rahasia yang selama ini disembunyikan Jaka Tarub akhrinya terungkap oleh istrinya sendiri. Membuat keluarga kecil berbeda dunia ini harus berpisah demi sang bidadari. Perbedaan yang begitu jauh sudah tidak bisa dipersatukan kembali.
“Aku harus kembali ke khayangan jika masih ingin bertahan hidup menjadi bidadari” ujar Nawang Wulan.
“Aku tidak bisa lebih lama lagi tinggal di dunia ini, aku tidak akan mampu. Karena memang sesungguhnya dunia kita berbeda. Dan takdir kita pun berbeda. Kita tidak akan bisa bersatu kakanda.” Katanya menambahkan dengan suara lirih.
“Maafkan aku adinda. Aku dan Nawangsing akan selalu mengingatmu. Kami ikhlas jika engkau ingin kembali ke duniamu.” jawab Jaka Tarub.
“Percayalah, dari atas sana aku akan terus menjaga, memelihara, dan mencintai. Auraku akan melindungi kalian sepanjang waktu” kata Nawang Wulan seraya meninggalkan Jaka Tarub dan putri mereka.

S
emenjak ditinggal oleh Nawang Wulan, Jaka Tarub dan selalu hidup dalam keadaan aman dan selalu terhindar dari bahaya. Secara ajaib, Jaka Tarub dan putrinya tidak pernah merasa kehilangan Nawang Wulan. Mereka percaya, Nawang Wulan masih ada di antara mereka berdua. Aura bidadarinya menerangi gubuk mereka. Cintanya yang murni telah menghangati hati suami dan putrinya. Walaupun tanpa ujud yang nyata, Nawang Wulan tetap hadir untuk menjaga, memelihara dan mencintai mereka.
       Nawang Wulan tidak pernah melupakan mereka, Nawang Wulan, sang bidadari khayangan, menepati janjinya.
      
-SELESAI-